Pantun jenaka

Ditiup angin bunga semalu,
Kuncup daun bila berlaga,
Bercakap melayu kononya malu,
Belacan setongkol dibedal juga,

Singapura dilanggar todak,
Kapal karam ditanjung peringin,
Orang tua beristrikan budak,
Macam beruk mendapat cermin.

Gemuruh tabuh bukan kepalang,
Di asah lembing berkilat kilat,
Gementar tubuh harimau belang,
nampak kambing pandai bersilat.

Buah salak dirumah tok imam,
Sirih sekapur pergi menjala,
Anjing menyalak harimau demam,
Kucing di dapur pening kepala.

Biduk buluh bermuat tulang,
Anak siam pulang berbaris,
Duduk mengeluh panglima helang,
Melihat ayam bercengkang keris.

Anak dara datuk tinggi,
Buat gulai ikan tilan,
Datuk tua tak ada gigi,
Bila makan kunyah telan.

Berderak derak sangkutan dacing,
Bagaikan putus diimpit lumpang,
Bergerak gerak misai kucing,
Melihat tikus bawa senapang.

Tanam pinang di atas kubur,
Tanam bayam jauh ke tepi,
Walaupun musang sedang tidur,
Mengira ayam di dalam mimpi.

Anak bakau dirumpun salak,
Patan teruknya ditimpa genta,
Riuh kerbau tergelak gelak,
Melihat berok bercermin mata.

Orang menganyam sambil duduk,
Kalau sudah bawa ke balai,
Melihat ayam memakai tanduk,
Datang musang meminta damai.

Hilir lorong mudik lorong,
Bertongkat batang temberau,
Bukan saya berkata bohong,
Katak memikul paha kerbau.

Jikalau lengang dalam negeri,
Marilah kita pergi ke kota,
Hairan tercengang kucing berdiri,
Melihat tikus bawa kereta.

Senangis letak di timbangan,
Pemulut kumbang pagi pagi,
Menangis katak di kubangan,
Melihat belut terbang tinggi.

Elok rupa pohon belimbing,
Tumbuh dekat limau lungga,
Elok berbini orang sumbing,
Walau marah ketawa juga.

Aan Antasar memasang panjut,
AR tolong menghalau lalat,
Kucing tidur bangkit terkejut,
Melihat tikus pandai bersilat.

Ulasan

Catatan Popular